Monday, February 27, 2012

something to think #1

melalui cerita ini saya hanya ingin berbagi...

satu hal lagi yang saya sangat syukuri menjadi koas dan berada di lingkungan rumah sakit adalah... saya berkali-kai "disentil" oleh Allah melalui kejadian di sekitar saya..

sebenarnya sudah lama saya ingin membagi kisah ini... tidak ada niat apa pun, tanpa ada niat menggurui... hanya ingin berbagi...

kejadian ini sudah lama kira2 bulan pertama atau kedua tahun ini, ketika saya stase di bagian mata...

seperti biasa rutinitas pagi yang dilakukan koas adalah bangun pagi, mandi, sarapan, ke rumah sakit, follow up, nongkrong di poli sambil ngobrol n ngemil menunggu dokter mata kami datang...

satu persatu pasien mulai dipanggil, rutinitas periksa pasien pun dimulai, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penglihatan, dan menulis status untuk kemudian diserahkan pada dokter spesialis kami... tak ada yang spesial pada hari itu... sampai ketika hari sudah agak siang dan pasien hanya tersisa hitungan jari...
dipanggilkan satu nama... saya lupa nama pasien ini... sebut saja bapak Amir

ketika namanya dipanggil masuklah seorang bapak, kakek tepatnya, yang berumur 80 tahun lebih dituntun oleh 2 orang muda laki-laki dan perempuan yang kemudian diketahui adalah anak2nya...

yah seperti biasa kami mulai rutinitas kami dengan anamnesis (wawancara), ada keterbatasan dalam wawancara kami... ketika ditanya sang bapak hanya terdiam memandang lurus ke depan... dan kemudian kami mendapatkan keternagan dari kedua anaknya bahwa sang bapak TULI DAN BISU sejak lahir... Baiklah... kini kami harus mengandalkan bahasa isyarat atau lebih tepatnya bahasa tarzan yang kami punya... untuk mulai melakukan pemeriksaan penglihatan yang bersifat sangat subjektif....

untuk pasien dengan indra normal... sangat mudah melakukan pemeriksaan ini... karena pasien hanya perlu menyebutkan huruf yang kami tunjuk atau menyebutkan berapa jumlah jari yang kami tampilkan... tapi untuk bapak yang sangat istimewa ini... kami perlu sedikit putar otak....

kami mencoba agar bapak mampu mengikuti jumlah jari yang kami tunjukkan... tapi tetap saja... karena keterbatasannnya, ia tidak mengerti apa yang kami inginkan... untuk menilai berapa jarak yang mampu ia lihat... tapi dari cara jalannya yang dituntun ketika masuk poli... kami memperkirakan bahwa visus bapak ini tidak lebih baik dari hanya mampu melihat bayangan samar saja..

baiklah kami langsung ke pemeriksaan fisik... kemudian didapatkan dari keterangan anaknya lagi bahwa mata kiri sang bapak ini juga sudah buta sejak lahir... MASYA ALLAH....

dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa lensa mata kanan sang bapak sudah sangt keruh seperti susu, hal ini lah yang menghalangi penglihatannya...

lengkaplah sudah... BISU, TULI, BUTA mata kiri, dan kini KATARAK MATUR mata kanan...

sembari menunggu giliran sang bapak diperiksa oleh dokter mata kami, saya mulai ngobrol dengan anak sang bapak dengan bahasa Jawa saya yang masih amat terbatas... kegiatan yang sangat saya sukai...

"Bu, ini bapak udah lama kayak gini? yang kalo jalan mesti dituntun... sering kesandung karena ndak lihat?"
"Alah pun dangu niku bu... kinten2 pun gangsal wulan sepriki" (udah lam itu bu... kira2 udah 5 bulan)
"emmmm... teng ndalem bapak kalih sinten nggih?" (di rumah bapak tinggal sama sapa ya?)
"piyambak niku bu... nanging ndalem kulo nggih cedak, kulo sok tilik, ngurus maem" (sendirian... tapi ya rumah saya dekat jadi serig nengok dan makan ya saya yang urus)
"bapak nyambut damel nopo bu?" (bapak kerjanya apa bu?)
"riyin nggih tani, saniki nggih mboten?" (dulu ya tani, sekrang ya udah ga kerja lagi)
emmmmmm... hening sejenak....

"tapi bapak suka maksa bu... ga pernah mau ninggalin sholat 5 waktu dimesjid... kebetulan ada mesjid deket rumah, jaraknya kira2 150 meter, sampe luka2 bapak karena kesandung kalo mau jalan ke mesjid... karen bapak ga mu ngerepotin orang... jadi dari rumah ke mesjid kami pasang tali biar bapak bisa tau jalan ke mesjid walaupun ga bisa lihat"

sampai di situ aku terdiam.... terasa ditampar.... ya Allah... terima kasih telah mempertemukan hamba dengan keluarga ini..

saya yang masih suka mengeluhkan hal2 kecil, yang masih suka mengahirkan sholat atau bahkan kadang masih lupa akan sholat padahal diberi karunia fisik dan kesehatan sesmpurna ini...

Ampun ya ALLAH...

temen2, yah kadang kita... termasuk saya kadang meberi pengecualian yang kita buat sendiri... sehingga mengecilkan arti ibadah dan rasa syukur dengan banyak sekali alasan DUNIAWI sering kali keluar dari mulut kita alasan-alasan seperti "sibuk, nanggung bentar lagi selsesai, capek, mau jalan2 dulu, tar lagi deh, ribet, mesjidnya jauh, ga ada temennya nih ke mesjid, ga enak sendirian"...

sehingga kita "mengizinkan" diri kita sendiri untuk memperingan ibadah...

kejadian di sekitar saya juga menyentil saya... dengan banyaknya orang2 yang saya kenal mendahului saya... Ramadhan tahun kemaren dia masih buka puasa bareng kami... tapi sekarang... dia sudah ga ada... kita ga pernah tau waktu kita... apa Ramadhan tahun depan kita masih mampu ke mesjid seperti tahun ini... kita tidak tahu... mungkin saja tahun depan kita sakit... mungkin saja tahun depan kita hamil sehingga untuk berjalan saja sangat mual... mungkin saja tahun depan kita sudah tidak bisa jalan... mungkin saja tahun depan kita sudah tak bertemu Ramadhan... kita ga pernah tau...

..........


melanjutkan kisah di atas...

setelah diperiksa oelh dokter spesial mata... ahirnya diputuskan besok pak amir akan operasi katarak... setelah keluarga berdiskusi panjang lebar mengenai biaya... karena uang 500ribu untuk lensa pengganti (IOL) merupakan uang yang banyak bagi keluarga seperti pak Amir... ahirnya keluarga setuju...

........

lusa... saya sengaja datang agak lebih pagi... karena pasien istimewa ini...
dengan perasaan penasaran saya menuju bangsal untuk follow up post operasi....

masuk ke kamarnya yang berisi 4 orang... pak amir sedang tertidur... saya bangunkan dengan menepuk pundaknya...

saya mulai pemeriksaan fisik... saya buka verban matanya... alhamdullillah operasinya baik... saya dapat melihat rona kegembiraan dan antusias sang bapak... saya mulai melakukan pemeriksaan penglihatan... dengan bahasa isyarat, saya minta sang bapak mengikuti jari yang saya tampilkan...
dengan sangat semangat ia mampu mengikuti jari saya.... alhamdulillah... ia tersenyum memperlihatkan gusinya yang tanpa gigi... dan saya pun tersenyum... saya pun pamit dengan keluarganya... ketika sampi di pintu kamar... keluarganya memanggil setengah berteriak...

"bu dokter.....!"
saya menoleh...
"bu dokter dipanggil bapak..."
saya hampiri lagi sang bapak..... masih dengan wajahnya yang penuh senyum... ia menyalami saya... kemudian mengacungkan jempolnya... hahahaha.... ada2 saja...

pak... ini cuma sedikit kemampuan kami membantu bapak... tapi Allah telah mengirim bapak untuk kami... karena dari bapaklah kami belajar... bentuk besar dari rasa syukur...

say membalas senyumnya... di benak saya ... mulai besok bapak tak perlu tali lagi untuk ke mesjid.... ^_______^


pa kabar ya bapak Amir? hehehehe

No comments:

Post a Comment