melalui cerita ini saya hanya ingin berbagi...
satu hal lagi yang
saya sangat syukuri menjadi koas dan berada di lingkungan rumah sakit
adalah... saya berkali-kai "disentil" oleh Allah melalui kejadian di
sekitar saya..
sebenarnya sudah lama saya ingin membagi kisah ini... tidak ada niat apa pun, tanpa ada niat menggurui... hanya ingin berbagi...
kejadian ini sudah lama kira2 bulan pertama atau kedua tahun ini, ketika saya stase di bagian mata...
seperti
biasa rutinitas pagi yang dilakukan koas adalah bangun pagi, mandi,
sarapan, ke rumah sakit, follow up, nongkrong di poli sambil ngobrol n
ngemil menunggu dokter mata kami datang...
satu persatu pasien
mulai dipanggil, rutinitas periksa pasien pun dimulai, anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penglihatan, dan menulis status untuk
kemudian diserahkan pada dokter spesialis kami... tak ada yang spesial
pada hari itu... sampai ketika hari sudah agak siang dan pasien hanya
tersisa hitungan jari...
dipanggilkan satu nama... saya lupa nama pasien ini... sebut saja bapak Amir
ketika
namanya dipanggil masuklah seorang bapak, kakek tepatnya, yang berumur
80 tahun lebih dituntun oleh 2 orang muda laki-laki dan perempuan yang
kemudian diketahui adalah anak2nya...
yah seperti biasa kami
mulai rutinitas kami dengan anamnesis (wawancara), ada keterbatasan
dalam wawancara kami... ketika ditanya sang bapak hanya terdiam
memandang lurus ke depan... dan kemudian kami mendapatkan keternagan
dari kedua anaknya bahwa sang bapak TULI DAN BISU sejak lahir...
Baiklah... kini kami harus mengandalkan bahasa isyarat atau lebih
tepatnya bahasa tarzan yang kami punya... untuk mulai melakukan
pemeriksaan penglihatan yang bersifat sangat subjektif....
untuk
pasien dengan indra normal... sangat mudah melakukan pemeriksaan ini...
karena pasien hanya perlu menyebutkan huruf yang kami tunjuk atau
menyebutkan berapa jumlah jari yang kami tampilkan... tapi untuk bapak
yang sangat istimewa ini... kami perlu sedikit putar otak....
kami
mencoba agar bapak mampu mengikuti jumlah jari yang kami tunjukkan...
tapi tetap saja... karena keterbatasannnya, ia tidak mengerti apa yang
kami inginkan... untuk menilai berapa jarak yang mampu ia lihat... tapi
dari cara jalannya yang dituntun ketika masuk poli... kami memperkirakan
bahwa visus bapak ini tidak lebih baik dari hanya mampu melihat
bayangan samar saja..
baiklah kami langsung ke pemeriksaan
fisik... kemudian didapatkan dari keterangan anaknya lagi bahwa mata
kiri sang bapak ini juga sudah buta sejak lahir... MASYA ALLAH....
dari
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa lensa mata kanan sang bapak sudah
sangt keruh seperti susu, hal ini lah yang menghalangi penglihatannya...
lengkaplah sudah... BISU, TULI, BUTA mata kiri, dan kini KATARAK MATUR mata kanan...
sembari
menunggu giliran sang bapak diperiksa oleh dokter mata kami, saya mulai
ngobrol dengan anak sang bapak dengan bahasa Jawa saya yang masih amat
terbatas... kegiatan yang sangat saya sukai...
"Bu, ini bapak udah lama kayak gini? yang kalo jalan mesti dituntun... sering kesandung karena ndak lihat?"
"Alah pun dangu niku bu... kinten2 pun gangsal wulan sepriki" (udah lam itu bu... kira2 udah 5 bulan)
"emmmm... teng ndalem bapak kalih sinten nggih?" (di rumah bapak tinggal sama sapa ya?)
"piyambak
niku bu... nanging ndalem kulo nggih cedak, kulo sok tilik, ngurus
maem" (sendirian... tapi ya rumah saya dekat jadi serig nengok dan makan
ya saya yang urus)
"bapak nyambut damel nopo bu?" (bapak kerjanya apa bu?)
"riyin nggih tani, saniki nggih mboten?" (dulu ya tani, sekrang ya udah ga kerja lagi)
emmmmmm... hening sejenak....
"tapi
bapak suka maksa bu... ga pernah mau ninggalin sholat 5 waktu
dimesjid... kebetulan ada mesjid deket rumah, jaraknya kira2 150 meter,
sampe luka2 bapak karena kesandung kalo mau jalan ke mesjid... karen
bapak ga mu ngerepotin orang... jadi dari rumah ke mesjid kami pasang
tali biar bapak bisa tau jalan ke mesjid walaupun ga bisa lihat"
sampai di situ aku terdiam.... terasa ditampar.... ya Allah... terima kasih telah mempertemukan hamba dengan keluarga ini..
saya
yang masih suka mengeluhkan hal2 kecil, yang masih suka mengahirkan
sholat atau bahkan kadang masih lupa akan sholat padahal diberi karunia
fisik dan kesehatan sesmpurna ini...
Ampun ya ALLAH...
temen2,
yah kadang kita... termasuk saya kadang meberi pengecualian yang kita
buat sendiri... sehingga mengecilkan arti ibadah dan rasa syukur dengan
banyak sekali alasan DUNIAWI sering kali keluar dari mulut kita
alasan-alasan seperti "sibuk, nanggung bentar lagi selsesai, capek, mau
jalan2 dulu, tar lagi deh, ribet, mesjidnya jauh, ga ada temennya nih ke
mesjid, ga enak sendirian"...
sehingga kita "mengizinkan" diri kita sendiri untuk memperingan ibadah...
kejadian
di sekitar saya juga menyentil saya... dengan banyaknya orang2 yang
saya kenal mendahului saya... Ramadhan tahun kemaren dia masih buka
puasa bareng kami... tapi sekarang... dia sudah ga ada... kita ga pernah
tau waktu kita... apa Ramadhan tahun depan kita masih mampu ke mesjid
seperti tahun ini... kita tidak tahu... mungkin saja tahun depan kita
sakit... mungkin saja tahun depan kita hamil sehingga untuk berjalan
saja sangat mual... mungkin saja tahun depan kita sudah tidak bisa
jalan... mungkin saja tahun depan kita sudah tak bertemu Ramadhan...
kita ga pernah tau...
..........
melanjutkan kisah di atas...
setelah
diperiksa oelh dokter spesial mata... ahirnya diputuskan besok pak amir
akan operasi katarak... setelah keluarga berdiskusi panjang lebar
mengenai biaya... karena uang 500ribu untuk lensa pengganti (IOL)
merupakan uang yang banyak bagi keluarga seperti pak Amir... ahirnya
keluarga setuju...
........
lusa... saya sengaja datang agak lebih pagi... karena pasien istimewa ini...
dengan perasaan penasaran saya menuju bangsal untuk follow up post operasi....
masuk ke kamarnya yang berisi 4 orang... pak amir sedang tertidur... saya bangunkan dengan menepuk pundaknya...
saya
mulai pemeriksaan fisik... saya buka verban matanya... alhamdullillah
operasinya baik... saya dapat melihat rona kegembiraan dan antusias sang
bapak... saya mulai melakukan pemeriksaan penglihatan... dengan bahasa
isyarat, saya minta sang bapak mengikuti jari yang saya tampilkan...
dengan
sangat semangat ia mampu mengikuti jari saya.... alhamdulillah... ia
tersenyum memperlihatkan gusinya yang tanpa gigi... dan saya pun
tersenyum... saya pun pamit dengan keluarganya... ketika sampi di pintu
kamar... keluarganya memanggil setengah berteriak...
"bu dokter.....!"
saya menoleh...
"bu dokter dipanggil bapak..."
saya
hampiri lagi sang bapak..... masih dengan wajahnya yang penuh senyum...
ia menyalami saya... kemudian mengacungkan jempolnya... hahahaha....
ada2 saja...
pak... ini cuma sedikit kemampuan kami membantu
bapak... tapi Allah telah mengirim bapak untuk kami... karena dari
bapaklah kami belajar... bentuk besar dari rasa syukur...
say membalas senyumnya... di benak saya ... mulai besok bapak tak perlu tali lagi untuk ke mesjid.... ^_______^
pa kabar ya bapak Amir? hehehehe
No comments:
Post a Comment