Thursday, March 1, 2012

Afia Begawi Days - Pernikahan Adat Lampung #3

"Neng, aku semalem nangis minta pulang"

ya itulah BBM Afia H+3 setelah akad nikahnya. Afia menjalani prosesi adat Lampung yang walaupun sudah dimodernisasi tapi tetap menghabiskan waktu 7 hari 7 malam. Namanya "begawi", malah kata penduduk setempat aslinya menghabiskan waktu sampai 30 hari. Alamak

terbayang penikahanku september 2010 lalu, acara akad dan resepsi dijalankan dalam satu hari, dan itu pun pegelnyaaaaaaa... wajar kalau Afia kelelahan tiap hari didaulat bertapis dan berkebaya. Mr. Okwan pun tumbang, tipes. Tapi kata Afia adat ini harus dijalani, karena Bapaknya Okwan adalah anak lelaki pertama dan Okwan pun anak lelaki pertama. Indonesia... alangkah kaya budayanya :)

Aku adalah orang Palembang dari suku komering yang bahasanya serupa dengan bahasa Lampung yang letaknya secara geografis berdekatan dengan Ogan Komering Ulu (OKU), kabupaten di Sumatera Selatan asal ayah ibuku. Keluarga ibuku masih menggunakan bahasa komering kalau lagi kumpul. iyu makanya sedikit-sedikit aku mengerti bahasa ini.

Pernikahan Afia hampir seluruhnya menggunakan bahasa komering, sahabat-sahabatku sebentar-sebentar mencolek colek menanyakan apa artinya. Dengan vocab perkomeringan yang masih sangat minim, aku berusaha menajamkan telinga. Sedikit-sedikit masih tau tapi lama-lama mulai roaming...nyerah.... andai ibu disini, pasti dengan senang hati ibu akan menjelaskan dan bercerita...

karena penasaran aku cari informasi mengenai pernikahan adat Lampung, ini lah dia.....

SEBELUM PERNIKAHAN

a. Nindai/Nyubuk
Merupakan proses awal, dimana orangtua calon mempelai pria menilai apakah si gadis berkenan dihati atau tidak. Salah satu upacara adat yang diadakan pada saat Begawi (Cakak Pepadun) adalah Cangget Pilangan, dimana bujang gadis hadir dengan mengenakan pakaian adat, disinilah utusan keluarga calon pengantin pria nyubuk atau nindai gadis dibalai adat.

b. Nunang (ngelamar)
Pada hari yang ditentukan calon pengantin pria datang melamar dengan membawa bawaan berupa makanan, kue-kue, dodol, alat meroko, alat-alat nyireh ugay cambai (sirih pinang), yang jumlahnya disesuaikan dengan tahta atau kedudukan calon pengantin pria. Lalu dikemukakanlah maksud dan tujuan kedatangan yaitu untuk meminang si gadis.

c. Nyirok (ngikat)
Bisa digabungkan pada saat melamar. Ini merupakan peluang bagi calon pengantin pria untuk memberi tanda pengikat dan hadiah bagi si gadis berupa mas berlian, kain jung sarat dan sebagainya. Tata cara nyirok : Orang tua calon pengantin pria mengikat pinggang si gadis dengan benang lutan (benang dari kapas warna putih, merah, hitam atau tridatu) sepanjang 1 meter dengan niat semoga menjadi jodoh, dijauhi dari halangan.

d. Berunding (Menjeu)
Utusan pengantin pria datang ke rumah calon mempelai wanita (manjau) dengan membawa dudul cumbi untuk membicarakan uang jujur, mas kawin, adat macam apa yang akan dilaksanakan, serta menentukan tempat acara akad nikah.

e. Sesimburan (dimandikan)
Sesimburan dilaksanakan di kali atau sumur dengan arak-arakan. Calon pengantin wanita dipayunngi dengan payung gober, diiringi tetabuhan (gender, gujih dll), talo lunik. Lalu bersama gadis-gadis dan ibu-ibu mandi bersama dan saling simbur, sebagai tanda permainan berakhir dan sebagai tolak bala karena akan melaksanakan akad nikah.

f. Betanges (mandi uap)
Rempah-rempah wewangian (pepun) direbus sampai mendidih dan diletakan dibawah kursi. Calon pengantin wanita duduk di atas kursi tersebut dan dilingkari tikar pandan (dikurung), bagian atas tikar ditutup dengan tampah atau kain, sehingga uap menyebar keseluruh tubuh, agar tubuh mengeluarkan aroma harum, dan agar calon pengantin tidak terlalu banyak berkeringat. Betanges memakan waktu kira-kira 15-25 menit.

g. Berparas (meucukur)
Setelah betanges dilanjutkan dengan berparas, untuk menghilangkan bulu-bulu halus dan membentuk alis agar tampak menarik dan mudah membentuk cintok pada dahi dan pelipis, dan pada malam hari dilanjutkan memasang pacar pada kuku calon mempelai wanita.

PADA HARI PERNIKAHAN

a. Upacara Adat
Beberapa jenis upacara adat dan tata laksana ibal serbo sesuai perundingan akan dilaksanakan dengan cara tertentu. Ditempat keluarga gadis dilaksanakan 3 acara pokok dalam 2 malam, yaitu Maro Nanggep, Cangget pilangan dan Temu di pecah aji.

b. Upacara akad nikah atau ijab kabul
Menurut tradisi lampung, biasanya pernikahan dilaksanakan di rumah calon mempelai pria, namun dengan perkembangan zaman dan kesepakatan, maka akad nikah sudah sering diadakan di rumah calon mempelai wanita. Rombongan calon mempelai pria diatur sebagai berikut :
  • Barisan paling depan adalah perwatin adat dan pembarep (juru bicara)
  • Rombongan calon mempelai pria diterima oleh rombongan calon mempelai wanita dengan barisan paling depan pembarep pihak calon mempelai wanita.
  • Rombongan calon pengantin pria dan calon pengantin wanita disekat atau dihalangi dengan Appeng (rintangan kain sabage/cindai yang harus dilalui).
setelah tercapai kesepakatan, maka juru bicara pihak calon pengantin pria menebas atau memotong Appeng dengan alat terapang. Baru rombongan calon pengantin pria dipersilahkan masuk dengan membawa seserahan berupa : dodol, urai cambai (sirih pinang), juadah balak (lapis legit), kue kering, dan uang adat. Kemudian calon pengantin pria dibawa ke tempat pelaksanaan akad nikah, didudukan di kasur usut. Selesai akad nikah, selain sungkem (sujud netang sabuk) kepada orangtua, kedua mempelai juga melakukan sembah sujud kepada para tetua yang hadir.

SESUDAH PERNIKAHAN

a. Upacara Ngurukken Majeu/Ngekuruk
Mempelai wanita dibawa ke rumah mempelai pria dengan menaiki rato, sejenis kereta roda empat dan jepanon atau tandu. Pengantin pria memegang tombak bersama pengantin wanita dibelakangnya. Bagian ujung mata tombak dipegang pengantin pria, digantungi kelapa tumbuh dan kendi berkepala dua, dan ujung tombak bagian belakang digantungi labayan putih atau tukal dipegang oleh pengantin wanita, yang disebut seluluyan. Kelapa tumbuh bermakna panjang umur dan beranak pinak, kendi bermakna keduanya hendaknya dingin hati dan setia dunia sampai akhirat, dan lebayan atau benang setungkal bermakna membangun rumah tangga yang sakinah dan mawadah. pengantin berjalan perlahan diiringi musik tradisional talo balak, dengan tema sanak mewang diejan.

b. Tabuhan Talo Balak
Sesampai di rumah pengantin pria, mereka disambut tabuhan talo balak irama girang-girang dan tembakan meriam, serta orangtua dan keluarga dekat mempelai pria, sementara itu, seorang ibu akan menaburkan beras kunyit campur uang logam.
Berikutnya pengantin wanita mencelupkan kedua kaki kedalam pasu, yakni wadah dari tanah liat beralas talam kuningan, berisi air dan anak pisang batu, kembang titew, daun sosor bebek dan kembang tujuh rupa, pelambang keselamapan, dingin hati dan berhasil dalam rumah tangga. Lalu dibimbing oleh mertua perempuan, pengantin wanita bersama pengantin pria naik ke rumah, didudukan diatas kasur usut yang digelar didepan appai pareppu atau kebik temen, yaitu kamat tidur utama. Kedua mempelai duduk bersila dengan posisi lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita. Maknanya agar kelak mempelai wanita patuh pada suaminya.
Selanjutnya siger mempelai wanita diganti dengan kanduk tiling atau manduaro (selendang dililit di kepala),dan dimulailah serangkaian prosesi:
  1. ibu mempelai pria menyuapi kedua mempelai , dilanjutkan nenek serta tante.
  2. Lalu ibu mempelai wanita menyuapi kedua mempelai, diikuti sesepuh lain.
  3. Kedua mempelai makan sirih dan bertukar sepah antara mereka.
  4.  istri kepala adat memberi gelar kepada kedua mempelai, menekan telunjuk tangan kiri diatas dahi kedua mempelai secara bergantian, sambil berkata : sai(1), wow (2), tigou(3), pak(4), limau(5), nem(6), pitew(7), adekmu untuk mempelai pria Ratu Bangsawan, untuk mempelai wanita adekmu Ratu Rujungan.
  5.  Netang sabik yaitu mempelai pria membuka rantai yang dipakai mempelai wanita sambil berkata: “Nyak natangken bunga mudik, setitik luh mu temban jadi cahyo begito bagiku”, lalu dipasangkan di leher adik perempuannya, dengan maksud agar segera mendapat jodoh.
  6. Kedua mempelai menaburkan kacang goreng dan permen gula-gula kepada gadis-gadis yang hadir, agar mereka segera mendapat jodoh.
  7. Seluruh anak kecil yang hadir diperintahkan merebut ayam panggang dan lauk pauk lain sisa kedua mempelai, dengan makna agar segera mendapat keturunan.  

menjelang akad nikah - masih cengengesan dan sibuk sendiri


Resepsi - Afia pake siger di kepala yang beuuuuraaaat
 
Pasca Resepsi - acara adat - siger berat di kepala Afia diganti dengan kanduk tiling atau manduaro   


oya satu yang paling mengena dan sedih adalah ketika acara adat selesai, Afia langsung diboyong ke rumah mempelai pria, dari rumahnya dia ditandu menggunakan nampan menuju mobil yang akan membawanya ke Bandar Lampung kediaman suaminya. Afia dilepas dengan sajak-sajak, saat itulah orang tua, Bapak dan Ibu Afia melepas lajang anaknya, menyerahkan tanggung jawab kepada suami anaknya. Orang tua Afia tidak ikut mengantar ke Bandar Lampung, karena secra simbolis, Afia sudah diserahkan ke keluarga suaminya. Inilah sesuai ajaran Islam, ketika wanita menikah, ridho Allah bergantung pada suaminya....

Sedih ya....

mama Tika sampai bilang "itu ga bisa ditunda besok ya, kalo mama kaya gitu mama ikutin kamu sampe rumah mbak" sambil ngomong ke Tika.

Papanya Tika juga bilang "kalo Papa jadi pak Djauhari, pasti ga kuat itu...."

aaaaah... indahnya kasih sayang orang tua, mau berapa pun umur kita, udah punya anak berapa, kita adalah anak mereka, putri kecil kesayangan mereka. :) 

Love u ayah ibu :) 


No comments:

Post a Comment