Monday, February 27, 2012

Kaum kami

Kaum kami

Inilah kaum kami
Kaum yang kata kaummu sulit dipahami

Kami adalah kaum berhati lembut, yang dengan mudah mengeluarkan air matanya hanya karena cerita fiktif
Kaum dengan kekuatan super menahan sakit yang kami jamin kaum mu tak pernah rasa
Kaum yang tak merasakan perihnya lambung di atas senyum keturunanmu

Kami adalah kaum penyuka hal remeh
Berikanlah kami sesuatu… bukan label harga yang kami cari… tapi kartu ucapan dari kaummu… ya kami adalah kaum penyuka kata-kata manis…
Berikanlah kami sesuatu, bukan isinya yang kami lihat… seberapa besar… seberapa berat benda itu… tapi bagaimana kau mengemasnya dengan kertas cantik dan pita warna kesukaan kami…
Walaupun kau kata toh nanti juga pembungkus itu akan terobek... kami tidak perduli… kami kaum penyuka keindahan

Kami adalah kaum yang paling susah dipahami…
Jika kami tak suka… kami akan diam… kami akan diam... sampai kau menyadari kediaman ini...
Tak jarang kediaman kami kau terjemahkan sebagai kata sepakat....
Dan kami pun marah... kau pun heran... kenapa ga bilang dari tadi sih?

Kami adalah kaum yang sulit dipahami
Ketika kami rindu akan belai kaummu... kami tak kan berkata
Kami akan bertingkah, bertingkah diam, merajuk tanpa sebab...
Bertingkah yang membuatmu pusing kepala... bertingkah sampai kau kembali mengulurkan belaimu...
Dalam benakmu..., kenapa ga bilang dari tadi sih?

Kami adalah kaum dengan ekspektasi besar dan pengabdian tinggi
Jika kau hanya sekali dua kali membawakan sarapan ke tempat tidur, berkata manis sepanjang hari hanya untuk satu atau dua hari dalam satu tahun
Kami akan membalasya dengan senang hati menyediakanmu sarapan, makan siang makan malam...

Ya... inilah kami, kaum yang paling sulit dipahami
Kami harap kaum mu cukup sabar mempelajari kami

Ya inilah kami, kaum tulang rusuk kaum mu
Keraslah kepada kami maka kami akan patah...
Diamkanlah kami maka kami akan tetap bengkok...

Inilah dari kaum kami untuk kaum mu

something to think #2

Sebelumnya saya menceritakan kisah tentang semangat ibadah pantang menyerah seorang lelaki tua dengan keterbatasan panca indranya.

Ini kisah lain yang diceritakan ayahku dengan mata berbinar binar dan tatapan kagum.

Jarak Cirebon-Bekasi yang tidak terlalu jauh membuat kedua orangtuaku sering berkunjung di kediaman mungil kami di Bekasi sekalian menengok dan mengunjungi dua adikku yang lain yang sedang kuliah di Cikarang dan Jakarta.

Ayah selalu mengusahakan untuk sholat berjamaah di masjid termasuk ketika di Bekasi, Rutinitasnya setelah sholat Isya, jam 21.00 ayah tidur, bangun pukul 02.00, mandi holat tahajud dan mengaji, jam 04.00 berangkat ke mesjid sambil menunggu subuh di sana.

Pandangan ayah terpaku dan tertarik pada seorang bapak tua berusia sekitar 70 tahun dengan keterbatsan gerak. Dari rumahnya yang tidak jauh dari mesjid, si bapak mengendarai sepeda motor matic ke mesjid. sesampainya di parkiran mesjid ia memberhentikan motornya, dan menunggu petugas mesjid membantunya turun. Ya si bapak in bisa dikatakan hampir lumpuh. Ia hanya bisa melangkahkan tepatnya menggeserkan kakinya lambat lambat 2-3 cm setiap kali geser. Maka ketika azan subuh tinggal beberapa menit lagi berkumandang, para petugas mesjid bergegas memapah membantu si bapak untuk masuk ke dalam shaf. Si Bapak menolak untuk sholat duduk karena ia merasa masih mampu melakukannya dalam keadaan berdiri, walau lambat-lambat walau tertatih tatih. Dari cerita ayah, bapak ini selalu ada setiap sholat subuh tak pernah absen. Masya Allah....

Dari kisah ini.aku bisikkan dan mohonkan doa pada Mu, berilah bapak mulia kesembuhan agar ia lebih mudah beribadah Ya Allah

Subhanallah.... dengan fisik segar bugar ini, begitu malas kami melangkahkan kaki ke rumahMu Ya Allah, sedangkan hambaMu yang lain dengan penuh suka cita mengeserkan kakinya lambat-lambat menuju rumahMu, menggeserkan karena ia tidak mampu melangkah.

Ayah

Ayahku, ayah paling hebat sedunia, adalah sosok lelaki 57 tahun pensiunan sebuah BUMN besar di Indonesia. Di tengah tawaran-tawaran mengiurkan untuk kembali berkarya setelah pensiun dengan gaji yang lumayan, ayahku memilih tidak.

Ya ayahku memilih untuk benar-benar pensiun (setidaknya sampai saat ini), dan ingin konsentrasi ibadah. Hal ini amat kumaklumi, lelah dan letihnya yang ikhlas menjadi pencari nafkah mulai ia sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas, kuliah, hingga masa pensiunnya. Kehidupan yang dengan hati-hati selalu dijaganya untuk tidak menyukai bermewah mewah, telah mengantarkan ayahku pensiun dalam keadaan aman dan bersahaja.

Ya, bagi siapapun yang mengenal kami, keluarga kami, akan berpikir kami adalah keluarga yang mapan, tak pernah mengenal kata susah. Bagi yang berpikir demikian, akan aku ceritakan kisah ayahku. Mapan disini bukan sekejap kami raih. Mapan disini bukan tanpa pengorbanan. Mapan disini bukan hasil rampasan.

Inilah kisahnya

Ayahku, adalah anak kedua dari 9 bersaudara. Sebagai anak tertua lelaki, ia sudah dididik untuk bertanggung jawab terhadap keluarganya sejak dari kecil. Orangtua ayahku adalah seorang mantri sunat dan ibu rumah tangga biasa. Masa kecil ayahku dihabiskan di sebuh kota kecil di Sumatera Selatan, Prabumulih. Dengan gaji minim kakekku dan 9 anak yang harus makan dan sekolah, nyai (nenek) adalah orang yng harus memeras otak bagaimana hal itu semua dapat terwujud. Mulai dari jualan kacang goreng, manisan, es bon bon (es sirup warna warni dibungkus plastik panjang), semua iya lakoni. Ayahku yang ketika itu masih usia sekolah dasar tanpa malu menjajakan es bon bon di atas kereta api sepulang sekolah.

Ya jika anda suatu saat melihat anak lelaki berdagang di kereta. Jangan remehkan ia, anda tak tahu kisahnya, citanya, dan jadi apa ia kelak.

Menjelang sekolah menengah karena alasan biaya dan kepindahan kakek (Yai) ayah terpaksa dititipkan di kakak Nyai di Palembang. Disini ayah menjalani hidup selayaknya orang menumpang. Mengerjakan tugas rumah tangga sebelum berangkat sekolah dan lainnya.

Sekolah menengah atas ayah memilih masuk STM. Sekolah ini pun tidak ayah lakukan dengan berleha-leha. Ia sekolah sambil bekerja.

Alhamdulillah setelah menamatkan STM ayah diterima di fakultas teknik perminyakan universitas sriwijaya. Dengan beban nyai dan yai yang semakin banyak, ayah tidak dapat hanya kuliah saja, ia bekerja sebagai operator di pabrik pupuk di Palembang. Dengan sepedanya ia menuju Plaju menunggu kapal untuk membawanya ke pabrik. sering kudengar cerita, ayah terkantuk kantuk di kelas atau ketika ujian karena ia baru selesai jaga malam.

Ketika ada rezeki lebih, yai membelikan ayah vespa untuk memudahkan ia kuliah dan kerja. Gaji ayah yang tak seberapa ketika itu, sedikit ia ambil hanya untuk bensin vespanya. Beberapa ia tukarkan dengan uang pecahan kecil, dimasukkan ia ke dalam sebuah kotak untuk ongkos adik-adiknya sekolah. Dari cerita om ku, dulu ayah berkata
"ini ongkos kalian, ambilah jangan kurang jangan lebih, ambil secukupnya".
Sebagian besar sisa gaji, ayah serahkan kepada Nyai, yang kemudian oleh nyai diolah sebagi modal berdagang dan dikirim untuk uang saku adik ayah yang sekolah di IPB.

Setamat kuliah, ayah menikahi ibuku. Ketika aku lahir alhamdulillah ayah diterima bekerja di perusahaan yang lebih baik. Ibuku selalu mengulang cerita, apa yang bisa membuat keluarga kami sejahtera. Berapapun penghasilan ayah, ia selalu bagi 3, 1/3 untuk kebutuhan sehari2, 1/3 untuk ditabung, 1/3 untuk sedekah termasuk untuk membiayai nyai dan adik2nya serta keluarga ibuku yang memang sudah disadari sebagai kewajibannya. Jadi sampai sekarang ayah tak pernah absen akan tanggung jawabnya terhadap nyai, ombai (ibu ibuku) bagaimanapun keadaaanya. Dengan uang pensiun yang 1/9 dari gaji terakhirnya tanpa bisnis sampingan apapun. tidak ada yang berubah pada ayah akan kewajiban yang ditunaikannya. Selalu cukup, itu rahasia Allah, tangan Allah yang bekerja.

Karier ayah yang strategis pun tak lepas dari cobaan. Aku masih ingat ketika ayah ditugasakan selama 3tahun di daerah konfilk, perbatasan Aceh. Rompi anti peluru adalah yng wajib ayah kenakan katika berkunjung ke sumur minyak. Keharusan berlatih menggunakan senjata api dan kepemilikan pistol sebagai perlindungan diri adalah simbol betapa beresikonya jabatan ayah.

Yup sedikit cerita dari ayah paling hebat sedunia :) semoga Ayah disayang dan selalu dilingdungi Allah.


something to think #1

melalui cerita ini saya hanya ingin berbagi...

satu hal lagi yang saya sangat syukuri menjadi koas dan berada di lingkungan rumah sakit adalah... saya berkali-kai "disentil" oleh Allah melalui kejadian di sekitar saya..

sebenarnya sudah lama saya ingin membagi kisah ini... tidak ada niat apa pun, tanpa ada niat menggurui... hanya ingin berbagi...

kejadian ini sudah lama kira2 bulan pertama atau kedua tahun ini, ketika saya stase di bagian mata...

seperti biasa rutinitas pagi yang dilakukan koas adalah bangun pagi, mandi, sarapan, ke rumah sakit, follow up, nongkrong di poli sambil ngobrol n ngemil menunggu dokter mata kami datang...

satu persatu pasien mulai dipanggil, rutinitas periksa pasien pun dimulai, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penglihatan, dan menulis status untuk kemudian diserahkan pada dokter spesialis kami... tak ada yang spesial pada hari itu... sampai ketika hari sudah agak siang dan pasien hanya tersisa hitungan jari...
dipanggilkan satu nama... saya lupa nama pasien ini... sebut saja bapak Amir

ketika namanya dipanggil masuklah seorang bapak, kakek tepatnya, yang berumur 80 tahun lebih dituntun oleh 2 orang muda laki-laki dan perempuan yang kemudian diketahui adalah anak2nya...

yah seperti biasa kami mulai rutinitas kami dengan anamnesis (wawancara), ada keterbatasan dalam wawancara kami... ketika ditanya sang bapak hanya terdiam memandang lurus ke depan... dan kemudian kami mendapatkan keternagan dari kedua anaknya bahwa sang bapak TULI DAN BISU sejak lahir... Baiklah... kini kami harus mengandalkan bahasa isyarat atau lebih tepatnya bahasa tarzan yang kami punya... untuk mulai melakukan pemeriksaan penglihatan yang bersifat sangat subjektif....

untuk pasien dengan indra normal... sangat mudah melakukan pemeriksaan ini... karena pasien hanya perlu menyebutkan huruf yang kami tunjuk atau menyebutkan berapa jumlah jari yang kami tampilkan... tapi untuk bapak yang sangat istimewa ini... kami perlu sedikit putar otak....

kami mencoba agar bapak mampu mengikuti jumlah jari yang kami tunjukkan... tapi tetap saja... karena keterbatasannnya, ia tidak mengerti apa yang kami inginkan... untuk menilai berapa jarak yang mampu ia lihat... tapi dari cara jalannya yang dituntun ketika masuk poli... kami memperkirakan bahwa visus bapak ini tidak lebih baik dari hanya mampu melihat bayangan samar saja..

baiklah kami langsung ke pemeriksaan fisik... kemudian didapatkan dari keterangan anaknya lagi bahwa mata kiri sang bapak ini juga sudah buta sejak lahir... MASYA ALLAH....

dari pemeriksaan fisik didapatkan bahwa lensa mata kanan sang bapak sudah sangt keruh seperti susu, hal ini lah yang menghalangi penglihatannya...

lengkaplah sudah... BISU, TULI, BUTA mata kiri, dan kini KATARAK MATUR mata kanan...

sembari menunggu giliran sang bapak diperiksa oleh dokter mata kami, saya mulai ngobrol dengan anak sang bapak dengan bahasa Jawa saya yang masih amat terbatas... kegiatan yang sangat saya sukai...

"Bu, ini bapak udah lama kayak gini? yang kalo jalan mesti dituntun... sering kesandung karena ndak lihat?"
"Alah pun dangu niku bu... kinten2 pun gangsal wulan sepriki" (udah lam itu bu... kira2 udah 5 bulan)
"emmmm... teng ndalem bapak kalih sinten nggih?" (di rumah bapak tinggal sama sapa ya?)
"piyambak niku bu... nanging ndalem kulo nggih cedak, kulo sok tilik, ngurus maem" (sendirian... tapi ya rumah saya dekat jadi serig nengok dan makan ya saya yang urus)
"bapak nyambut damel nopo bu?" (bapak kerjanya apa bu?)
"riyin nggih tani, saniki nggih mboten?" (dulu ya tani, sekrang ya udah ga kerja lagi)
emmmmmm... hening sejenak....

"tapi bapak suka maksa bu... ga pernah mau ninggalin sholat 5 waktu dimesjid... kebetulan ada mesjid deket rumah, jaraknya kira2 150 meter, sampe luka2 bapak karena kesandung kalo mau jalan ke mesjid... karen bapak ga mu ngerepotin orang... jadi dari rumah ke mesjid kami pasang tali biar bapak bisa tau jalan ke mesjid walaupun ga bisa lihat"

sampai di situ aku terdiam.... terasa ditampar.... ya Allah... terima kasih telah mempertemukan hamba dengan keluarga ini..

saya yang masih suka mengeluhkan hal2 kecil, yang masih suka mengahirkan sholat atau bahkan kadang masih lupa akan sholat padahal diberi karunia fisik dan kesehatan sesmpurna ini...

Ampun ya ALLAH...

temen2, yah kadang kita... termasuk saya kadang meberi pengecualian yang kita buat sendiri... sehingga mengecilkan arti ibadah dan rasa syukur dengan banyak sekali alasan DUNIAWI sering kali keluar dari mulut kita alasan-alasan seperti "sibuk, nanggung bentar lagi selsesai, capek, mau jalan2 dulu, tar lagi deh, ribet, mesjidnya jauh, ga ada temennya nih ke mesjid, ga enak sendirian"...

sehingga kita "mengizinkan" diri kita sendiri untuk memperingan ibadah...

kejadian di sekitar saya juga menyentil saya... dengan banyaknya orang2 yang saya kenal mendahului saya... Ramadhan tahun kemaren dia masih buka puasa bareng kami... tapi sekarang... dia sudah ga ada... kita ga pernah tau waktu kita... apa Ramadhan tahun depan kita masih mampu ke mesjid seperti tahun ini... kita tidak tahu... mungkin saja tahun depan kita sakit... mungkin saja tahun depan kita hamil sehingga untuk berjalan saja sangat mual... mungkin saja tahun depan kita sudah tidak bisa jalan... mungkin saja tahun depan kita sudah tak bertemu Ramadhan... kita ga pernah tau...

..........


melanjutkan kisah di atas...

setelah diperiksa oelh dokter spesial mata... ahirnya diputuskan besok pak amir akan operasi katarak... setelah keluarga berdiskusi panjang lebar mengenai biaya... karena uang 500ribu untuk lensa pengganti (IOL) merupakan uang yang banyak bagi keluarga seperti pak Amir... ahirnya keluarga setuju...

........

lusa... saya sengaja datang agak lebih pagi... karena pasien istimewa ini...
dengan perasaan penasaran saya menuju bangsal untuk follow up post operasi....

masuk ke kamarnya yang berisi 4 orang... pak amir sedang tertidur... saya bangunkan dengan menepuk pundaknya...

saya mulai pemeriksaan fisik... saya buka verban matanya... alhamdullillah operasinya baik... saya dapat melihat rona kegembiraan dan antusias sang bapak... saya mulai melakukan pemeriksaan penglihatan... dengan bahasa isyarat, saya minta sang bapak mengikuti jari yang saya tampilkan...
dengan sangat semangat ia mampu mengikuti jari saya.... alhamdulillah... ia tersenyum memperlihatkan gusinya yang tanpa gigi... dan saya pun tersenyum... saya pun pamit dengan keluarganya... ketika sampi di pintu kamar... keluarganya memanggil setengah berteriak...

"bu dokter.....!"
saya menoleh...
"bu dokter dipanggil bapak..."
saya hampiri lagi sang bapak..... masih dengan wajahnya yang penuh senyum... ia menyalami saya... kemudian mengacungkan jempolnya... hahahaha.... ada2 saja...

pak... ini cuma sedikit kemampuan kami membantu bapak... tapi Allah telah mengirim bapak untuk kami... karena dari bapaklah kami belajar... bentuk besar dari rasa syukur...

say membalas senyumnya... di benak saya ... mulai besok bapak tak perlu tali lagi untuk ke mesjid.... ^_______^


pa kabar ya bapak Amir? hehehehe

new day

pagi ini
sedikit berbeda dari biasanya
biasa ketika kau bangun lebih dulu, mengecup keningku dan berkata "bangun sayang, sudah pagi"
tak biasa karena pagi ini begitu berbeda
lebih riang

pagi ini kau berangkat lebih pagi
satu jam lebih awal daripada biasanya
sehingga mengurangi waktu pagi berbincang kita

ah tak mengapa
demi melihat senyum di wajahmu
semangat yang tidak biasa
persiapan persiapan kecil yang sudah kau lakukan sendiri tadi malam

baju celana kaos kaki sepatu yang serasi
jam tangan dan ikat pinggang
tas ransel berisi dokumen, laptop
air minum dan cemilan
semua kau siapkan sendiri

hari ini kau mulai hari baru
hari ini kita mulai langkah baru
hari ini kubisikkan doa dalam senyum mengantarkan keberangkat riangmu
"Allah yang Maha Baik, lindungilah selalu suami hamba, bimbing langkahnya, terangkan pikirannya, tenangkan hatinya, lancarkan semua urusannya, hari ini ia melangkahkan kaki menuju tempat mencari rezeki dan ridhoMu Ya Allah"

selamat bekerja di tempat baru suamiku....
aku tak sabar bertemu denganmu nanti malam
aku tak sabar mendengar celoteh antusiasmu seperti halnya lelaki kecil yang mendapat mainan baru


Thursday, February 9, 2012

sebuah jabatan bernama "istri"

bissmillahirohmanirrohiim

alhamdulillah sudah satu tahun lebih aku menyandang sebuh predikat yang aku idam idam kan "istri"

well selama kurun waktu itu, banyak sekali gejolak, dan yang pasti waktu yang tak pernah habis untuk belajar. Banyak perubahan besar jika dibandingkan ketika aku lajang, perubahan yang memang aku inginkan dan perubahan yang mau tidak mau suka tidak suka haus aku lalui.
perubahan pertama adalah berat badan.... bahahahahaha.... eng ing eng.....
mau tau cobaan newly wed yang pertama : extra money for extra clothes, hadeuh... entah kenapa berat sebelum nikah yang tadinya 56 naik jadi 65 dalam waktu 4 bulan sodara sodara.... huhuhuhuhu
tapi demi alasan kesehatan dan saran dari DSOG hal ini tidak bisa dibiarkan, baiklah mengatur makan yang gila2an dan olahraga... dan kurang dari sebulan BB saya resmi 57, dengan olahraga danmengurangi karbo. Ini fun diet, saya tidak akan melakukan diet yan membebani, one big cup of banana strawberry smoothies for breakfast, complete menu (red rice) for lunch, and come apple for dinner.... whoalaaa..... that was easy, ga laper dan menderita loh, malah saya yang tadinya kalo telat makan dikit langsung semaput krn maag, sekarang sembuh. Tapi sekarang entah kenapa, i can not skip dinner, pengennya makaaaaaan aja, olahraga juga males, because I don't like sweat.... gateeeeeeel.... alhasil, berat kembali berkisar 59 - 60. ga berubah berubah... ah gpp yang penting sehat waelah, ga gampang sakit, dan yang pasti harus sayur, buah, air putih yang banyak.....

perubahan kedua, kemampuan memasak
sampai sekrang salah satu hal yang paling membahagiakan adalah melihat suami tersenyum puas, memegangi perut, mengacungkan jempol, setelah makan masakankku.
sebenernya aku juga masih amaze sendiri kalo pas masak eh kebetulan enak. hihihihihi.
sebelum menikah, aku adalah anak manja, yang tak pernah ke dapur, nyuci piring ga pernah, nyuci baju ga pernah, beberes juga sekali sekali.
tapi setelah jadi istri semangat untuk belajar memasak menggebu gebu, pertama yang karena pengen nyenengin suami (Alhamdulillah punya suami yang pemakan segala, jadi ga rewel tentang masakan), karena itu kan ibadah, kedua ya karena pengen aja. Jadi memasak itu bukan soal bisa dan ga bisa, bakat atau ga bakat, memasak itu mengenai mau dan tidak mau belajar... kan banyak resep yang bisa diikuti, dari buku, majalah, internet. buktinya aku yang sama sekali ga bisa masak, sekrang alhamdulillah memiliki kemampuan yang semakin baik. tapi sekarang lagi maleeeeeeeees banget masak, mungkin ini yg bikin suami uring2an mulu ya.... maaaf Mas Dliyaaa :(

eh udah adzan magrib.... udahan dulu ah, tar sambung lagi.... mau siap siap pulang juga dari klinik hihihihi

caoooooo

Monday, February 6, 2012

whisper


those cute faces
those little hands
innocent smiles

those simple things that can cheer my day up easily


among this hectic world
you will calm me down just by holding my thumb with those little fingers
among this crazy and angry people
you will keep me not turn to insane just by looking me in the eyes

those unbelievable comments
those unrhymed humming
those unexplained words

those simple things that I miss so much

whisper
whisper of hope
that always say in my heart
while i try so hard not to torn apart

"Dear Allah yang Maha Pemberi berilah kami kesempatan, menerima titipanMu, mencurahkan kasih sayang yang meluap-luap ini, kasih sayang yang dicontohkan oleh kedua orang tua kami Aaaamiiiiiiin"


tidak pernah sebelumnya aku menyuarakan kegundahanku ini pada orang banyak, aku berusah menahan diri, menyuruh diri sendiri untuk diam bahkan di hadapan suami apalagi orangtuaku. izinkan aku menyuarakannya kali ini karena aku tak mau orang lain terutama yang aku cintai, terbebani melihat tangisku.